Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Bahasa. Oleh karena itu materi inisiasi 5 ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Anda diharapkan berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tuton. Disamping itu Anda dituntut dapat mengerjakan tugas yang diberikan dalam tuton ini. Dipersilahkan Anda mempelajari materi inisiasi 5 tuton ini dengan seksama.
Perkembangan Bahasa Anak
“Bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan diperlukan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian (Noehi Nasution, 1992:60).
Secara naluriah anak memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan lingkungan yang telah diwujudkan semenjak anak lahir.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
A. Pengaruh Biologis terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Pakar bahasa Naom Chomsky (Santrok, 1995: 180) yakin bahwa manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Lebih lanjut menurut Chomsky, hal yang tidak dapat ditolak bahwa evolusi biologis membentuk manusia menjadi makhluk linguistik. Ia mengatakan bahwa anak-anak dilahirkan ke dunia dengan alat penguasaan bahasa Language Acquisition Device (LAD), yaitu suatu keterikatan biologis yang memudahkan anak untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu, seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. LAD menurut Chomsky (Santrock, 1995: 180) ialah suatu kemampuan tata bahasa bawaan yang mendasari semua bahasa.
B. Pengaruh Intelektual terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak juga dipengaruhi faktor intelektual. Sedangkan menurut Sunaryo dan Ny. B. Agung H, 2002: 137) bahwa:
“Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelektual/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks”.
Pernyataan diatas mengandung pengertian bahwa perkembangan bahasa sejalan dengan perkembangan intelektual anak. Dengan kata lain terdapat korelasi positif antara perkembangan intelektual dengan pekembangan bahasa. Akan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan intelektual. Hal ini sesuai dengan pendapat Lindgren (Syamsu Yusuf L.N, 2005: 121) bahwa, “tidak semua anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa pada usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh”. Selain itu hasil penelitian E. Hurlock terhadap anak yang mengalami kelambatan mental membuktikan bahwa sepertiga diantara mereka dapat berbicara secara normal, dan anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah, mereka sangat miskin dalam berbahasa (Syamsu Yusuf L.N, 2005: 121).
C. Pengaruh Lingkungan terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Selain dipengaruhi oleh faktor biologis dan intelektual, perkembangan bahasa anak dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang berperan besar dalam perkembangan awal bahasa anak adalah lingkungan sosial. Menurut Adam Son (1992) dan Schegloff (1989) dalam Santrock (1995: 182), bahwa:
“Kita tidak mempelajari bahasa dalam suatu “ruang hampa sosial” (Social Vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik”
Lingkungan sosial yang pertama dan utama mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah keluarga, yaitu ibu, ayah dan orang dewasa di dalam keluarga. Beberapa strategi yang diterapkan orang terdekat (ibu, ayah dan orang dewasa lainnya) dalam pembelajaran untuk perkembangan bahasa anak adalah (Santrock, 1995: 182-183)
a. Motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas daripada normal, dan dengan kalimatkalimat yang sederhana.
b. Recasting (menyusun ulang ) ialah pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau mirip dengan cara berbeda, barangkali dengan mengubahnya menjadi suatu pertanyaan.
c. Echoing (menggemakan) ialah mengulangi apa yang anak katakan kepada anda khususnya kalau perkataan itu adalah suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.
d. Expanding (memperluas) ialah menyatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang secara lingustik “canggih”
e. Labeling (memberi nama) ialah mengidentifikasikan nama-nama benda.
Strategi pembelajaran bahasa kepada anak seringkali dilakukan ibu atau orang dewasa lainnya baik secara disengaja maupun secara langsung tidak disengaja. Demikian pentingnya pengaruh lingkungan (keluarga) sehingga pengaruh sosial ekonomi keluarga dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan bahasa anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarto dan Ny. B Agung H, (2002: 140) bahwa:
“Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah”.
2. Tugas - Tugas Perkembangan Bahasa Anak
Menurut Syamsu Yusuf LN (2005:119), “Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan”. Selanjutnya menurut Syamsu, keempat tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau gesture-nya (bahasa tubuhnya).
b. Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c. Penyusunan Kata-Kata Menjadi Kalimat, bentuk kalimat pertama yang dikuasai anak adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture untuk melengkapi cara berpikirnya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d. Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain. Pada usia bayi, pada umumnya mereka belum dapat berbicara dan mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.
3. Tahap - Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa dimulai pada bulan-bulan pertama kehidupan, dimana bayi memperlihatkan respon terhadap suara-suara dan sentuhan. Menurut Santrock (1995: 189), pada usia 3 hingga 6 bulan, bayi mulai memperlihatkan suatu minat akan suara, bermain dengan air liur dan merespon terhadap suara. Selama 3 hingga 6 bulan berikutnya bayi mulai mengoceh (meraban). Bayi mulai memahami kata-kata pertama mereka pada usia kira-kira 9-12 bulan, bayi mulai memahami pelajaran seperti “daah” ketika kita mengucapkan selamat tinggal (Santrock, 1995: 184). Selanjutnya tahap-tahap perkembangan bahasa anak dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 01. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Brown.
Tahap Usia
rata-rata
(bulan) Panjang
pengucapan rata-
rata (jumlah rata-
rata per kalimat) Karakteristik Kalimat yang
Lazim diucapkan
1 12-26 1,00-2,00 Perbendaharaan kata utamanya terdiri dari banyak kata benda dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata keterangan; urutan kata diperhatikan Bayi madi
2 27-30 2,00-2,50 Penggunaan kata jamak, menggunakan past tense, penggunaan be, kata depan, beberapa preposisi Mobil maju cepat
3 31-34 2,50-3,00 Menggunakan pertanyaan ya-tidak, pertanyaan (who, what, where); menggunakan kalimat sanggahan dan kalimat berita Letakkan bayi itu
4 35-40 3,00-3,75 Meletakkan kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain Itu mobil yang ibu beli untukku
5 41-46 3,75-4,50 Koordinasi antar kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proposional Jenny dan Candi it saudara
(Santrock. 1995: 187)
Pada tabel 01 dapat diketahui bahwa pada tahap pertama dengan rentang usia maksimal antara 12 hingga 26 bulan, anak mampu mengucapkan satu hingga dua kata. Pada tahap ini dikenal hipotesis holofrase dan cara berbicara telegrafis. Menurut Santrock (1995:186) hipotesis holofrase adalah konsep bahwa satu kata tunggal digunakan untuk mengartikan satu kalimat sempurna; ini merupakan ciri kata pertama seorang bayi. Sedangkan cara bicara telegrafis ialah penggunaan kata-kata yang singkat dan cepat untuk berkomunikasi: inilah ciri-ciri ucapan dua kata anak-anak kecil (Santrock, 1995: 186). Untuk menyampaikan maksud atas ucapan dua kata itu, anak sangatbersandar pada gerak isyarat, tekanan suara, dan konteks. Pada masa ini bahasa tubuh (gesture) masih berperan penting sebagai kompensasi dari keterbatasan perbendaharaan kata yang dimiliki anak. Pada tahap akhir (tahap 5) anak telah mampu melakukan koordinasi antara kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proporsional. Dimana pada tahap ini panjang pengucapan rata-rata sudah mencapai 3,75-4,50 per kalimat. Disini dapat dilihat bahwa penambahan perbendaharaan kata dalam kalimat bertambah seiring dengan bertambahnya usia anak. Selanjutnya ketika anak memasuki usia pra sekolah (apalagi jika masuk taman kanak-kanak) perbendaharaan kata akan bertambah dengan cepat, hal ini seiring dengan bertambahnya cakupan lingkungan sosial anak yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya. Dalam hal ini proses imitasi semakin meluas, dan kata-kata yang diucapkan anak cenderung berkaitan dengan konteks. Sehubungan dengan ini Santrock (1995: 328) mengungkapkan:
“Misalnya, ketika diminta mengatakan hal yang pertama yang masuk kepikiran kita mereka mendengar suatu kata, seperti anjing, anak-anak pra sekolah seringkali menjawab dengan suatu kata yang berkaitan dengan konteks yang dekat dengan seekor anjing. Seorang anak mungkin mengkaitkan kata anjing dengan suatu kata yang menunjukkan penampilan anjing (hitam, besar) atau dengan suatu tindakan yang berkaitan dengan anjing (menggonggong, duduk)”.
Ketika anak mulai memasuki jenjang sekolah dasar, penggunaan kata-kata tidak lagi terpaku pada konteks, akan tetapi anak sudah mampu menganalisis kata-kata dan mulai menambah kata-kata abstrak dalam perbendaharaan kata-katanya (Holzman dalam Santrock, 1995: 328). Hal yang penting dalam perkembangan bahasa pada masa usia Sekolah Dasar adalah pergeseran cara berkomunikasi yang pada mulanya bersifat egosentris menjadi kemampuan berkomunikasi yang bersifat sosial. Dengan berkembangnya bahasa dalam bentuk komunikasi yang lebih bersifat sosial, maka bahasa yang lebih bersifat egosentris menjadi makin berkurang. Anak mulai mampu memerankan dirinya sebagai pemberi dan penerima dalam komunikasi dengan lingkungan. Menurut Jean Piaget, ada tiga ciri yang menonjol dalam perkembangan bahasa yang lebih bersifat sosial, yaitu:
Kecakapan untuk menerima informasi, yaitu kecakapan untuk menerima dan saling bertukar informasi atau pesan dengan orang lain.
Kritis, yaitu kemampuan anak untuk memberi timbangan nilai dalam berkomunikasi
Kecakapan untuk memberikan perintah, memohon atau meminta dan menentang dalam berkomunikasi (H.M Surya,2005: 7.20).
4. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak SD
Menurut H.M. Surya (2005: 7.20) sekurang-kurangnya ada lima karakteristik utama perkembangan bahasa dalam masa usia Sekolah Dasar yaitu:
Pembentukan dan Penambahan Perbendaharaan Kata
Pada umumnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak adalah yang berkenaan, antara lain dengan:
Etiket atau sopan santun, seperti kata-kata “terima kasih”, “apa kabar”, dan “selamat pagi”.
Warna, yaitu perbendaharaan kata yang berkenaan dengan warna.
Uang, yaitu sebagai kata-kata yang berkaitan dengan uang.
Waktu, yaitu kata-kata yang berkaitan dengan waktu, seperti pagi, siang, malam.
Bahasa pergaulan, yaitu kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Pelajaran, yaitu kata-kata yang digunakan dalam berbagai mata pelajaran, seperti istilah matematika, IPS, IPA, dan bahasa, yang kemudian berkembang menjadi bahasa keilmuan.
Keagamaan, yaitu perbendaharaan kata yang berkenaan dengan kehidupan agama dan keyakinan.
Perbaikan dalam Pengucapan
Melalui interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan sosial yang lebih luas serta pengajaran di sekolah, anak memperbaiki cara-cara pengucapan kata secara lebih tepat
Pembentukan Kalimat
Dalam masa usia sekolah, anak sudah mampu membuat kalimat dengan struktur yang benar dan isi yang lebih komunikatif.
Perubahan Isi Bahasa
Jika pada masa usia prasekolah, isi pesan lebih banyak berpusat pada dirinya (egosentris), maka pada usia sekolah dasar isi pembicaraan telah bergeser dengan memberikan pengertian terhadap orang lain.
Gaya Bahasa
Pada masa usia ini anak telah menggunakan gaya bahas,*arena adanya pengaruh perbedaan lingkungan, seperti kelas sosial, lingkungan masyarakat, keluarga, geografis, dan adat istiadat.
Implikasi
Perkembangan bahasa anak yang dikupas dalam makalah ini mengandung Implikasi sebagai berikut:
a. ada 5 strategi yang dapat digunakan untuk melatih perkembangan bahas (lisan) anak usia dini, yaitu motherese, recasting, echoing, expanding dan labeling;
b. anak hendaknya diberi kesempatan untuk bersosialisasi, karena perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan;
c. proses imitasi pada diri anak sangat kuat, untuk itu peran orang tua dan orang dewasa lain di sekitarnya sangat besar dalam pengajaran bahasa yang santun;
d. pada usia prasekolah tipe perkembangan bahasa anak masih bersifat egosentris, untuk hal ini orang tua hendaknya bijaksana dalam menanggapi persepsi yang dikomunikasikannya. Atau dengan kata lain, pada usia ini hal-hal yang diutarakan anak masih berdasarkan sudut pandang dan kebutuhan dirinya sendiri.
KESIMPULAN
Perkembangan bahasa anak
(1) ada tiga faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, yaitu faktor biologis, intelektual, dan lingkungan;
(2) ada empat tugas perkembangan bahasa anak;
(3) menurut George Brown ada lima tahap perkembangan bahasa pada anak, masing-masing tahap memiliki panjang pengucapan dan karakteristik yang berbeda;
(4) ada lima karakteristik utama perkembangan bahasa dalam masa usia sekolah dasar, yaitu:
a. Pembentukan dan penambahan perbendaharaan kata
b. Perbaikan dan pengucapan
c. Pembentukan kalimat
d. Perubahan isi bahasa gaya bahasa
inggris003
Rabu, 19 Oktober 2011
Materi Inisiasi 4
Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan Perkembangan Intelektual Anak SD. Oleh karena itu materi inisiasi 4 ini berupa kajian tentang perkembangan intelektual anak menurut teori Piaget. Dipersilahkan Anda mempelajari materi inisiasi 4 tuton ini dengan seksama.
PENDAHULUAN
Intelek atau kemampuan berpikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Kemampuan intelektual anak-anak berbeda dengan kemampuan intelektual orang dewasa. Hal ini tidak saja disebabkan karena orang dewasa tahu banyak tentang segala sesuatu, tetapi ada faktor penting yang membedakannya. Kemampuan intelektual berkembang sejalan dengan bertambahnya usia, sehingga selalu hal ini terdapat tahap-tahap perkembangan intelektual yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa tahap perkembangan yang satu berbeda dengan tahap perkembangan lain.
Tinjauan terhadap perkembangan intelektual anak sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bahasa. Keduanya saling berkait, karena bahasa. adalah manifestasi dari kemampuan intelektual, dan sebaliknya perkembangan intelektual dapat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkembangan intelektual dan bahasa pada diri anak seringkali diabaikan. Orang dewasa dan orang-orang awam disekitar anak hanya mampu menganggap mereka sebagai miniatur orang dewasa. Dunia anak sering diabaikan dan dianggap dunia penuh kebodohan. Hal ini tidak akan terjadi jika orang tua mau memahami bahwa anak-anak itu perlu waktu untuk berkembang. Bagaimanapun kemampuan intelektual dan bahasa pada anak hanyalah sebuah potensi yang masih harus dikembangkan.
Makalah ini akan membahas bagaimana perkembangan intelektual dan bahasa anak. Untuk keperluan pembahasan, kedua potensi tersebut akan disampaikan secara terpisah.
II. Perkembangan Intelektual Anak
Perkembangan Intelektual atau sering juga disebut perkembangan kognitif, merupakan perubahan yang terjadi pada kemampuan berpikir (H.M Surya, 2005 : 7-14). Dalam konteks ini, perkembangan intelaktual anak akan dibahas dengan mengacu pada teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Jean Piaget. Menurut Piaget, perkembangan Intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksudkannya sebagai skema (Peterson, 1996:56). Skema ini dimaksudkan Piaget sebagai penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakannya. Selanjutnya menurut Piaget, aktivitas didalam menggunakan skema inilah yang membawa anak kearah hubungannya dengan lingkungan. sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Dalam proses hubungan anak dengan lingkungan akan menimbulkan dua proses berikut yaitu : asimilasi dan akomodasi. (H.M Surya dkk, 2005 : 7.15) menjabarkan kedua proses yang dikemukakan Piaget tersebut sebagai berikut
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses menerima berbagai stimulis atau rangsangan yang sampai pada dirinya sendiri, kemudian diolah dan disesuaikan dengan kondisi dirinya. Pada saat seseorang menerima suatu informasi baru maka informasi itu akan diterima, kemudian diolah dan disesuaikan dengan struktur informasi yang telah dimilikinya.
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses menerima rangsangan yang datang dari lingkungan, kemudian disimpan dalam kesadarannya. Hal ini berbeda dengan proses asimilasi berupa pengolahan dan perpaduan dengan hal-hal yang telah ada dalam dirinya. Sedangkan dalam akomodasi langsung diterima dan disimpan, kemudian digunakan bagi keperluan dirinya.
Sehubungan dengan proses asimilasi dan akomodasi ini, Noehi Nasution (1992: 55) berpendapat bahwa:
“Apabila pada anak hanya dihadapkan informasi dan pengalaman yang dapat diasimilasikan dengan mudah, tidak akan terjadi akomodasi dan perkembangan anak pun akan terhambat. Dilain pihak akomodasi pun tidak akan terjadi apabila pengalaman yang terlalu asing bagi anak, sehingga anak pun tidak dapat memahaminya”
Menurut Piaget perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama (Santrock, 1995:44-45), yaitu sebagai berikut:
Tahap sensorimotor, berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
Tahap praoperasional, berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Tahap Operasional Konkret, yang berlangsung kira-kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas dan berat.
Tahap operasional Formal, yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang diuraikan diatas, Piaget (Noehi Nasution,1992:57) menjelaskan bahwa, urutan tahapan perkembangan kognitif anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, perkembangan kognitif anak (khususnya anak usia sekolah dasar) telah berada pada tahap operasional konkret, yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek konkret (nyata). Dengan memasuki sekolah, anak memperoleh penambahan wawasan lingkungan yang akan membantu meningkatkan perkembangan berpikirnya. Di sekolah anak belajar mengenal beberapa konsep dan cara berpikir. Menurut H.M Surya,dkk (2005:716-718), ada beberapa konsep yang telah dimiliki anak di sekolah dasar, antara lain:
1. Konsep tentang kehidupan
Pada masa sebelumnya anak mengira bahwa kehidupan terjadi pada semua benda yang bergerak, seperti air sungai yang mengalir, pohon yang bergoyang dan mobil yang sedang melaju. Dalam masa ini secara bertahap anak mulai menyadari bahwa gerak bukanlah satu-satunya ciri kehidupan. Anak menyadari bahwa ada ciri lain yang lebih hakiki dari kehidupan itu sehingga mampu membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.
2. Konsep tentang fungsi-fungsi tubuh
Setelah anak masuk sekolah, anak akan banyak memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi tubuh dan organ-organ tubuh. Dengan demikian anak menjadi lebih matang mengenal konsep fungsi bagian-bagian tubuhnya dan bagaimana memperlakukannya secara tepat.
3. Konsep tentang bilangan.
Pada saat anak memasuki sekolah dasar, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang bilangan, misalnya anak sudah tahu bilangan-bilangan dan caracara membilang.
4. Konsep tentang ukuran dan ruang
Sebelum memasuki usia sekolah, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang ukuran dan ruang, seperti panjang, pendek, tinggi, luas, besar dan kecil. Setelah masuk sekolah anak belajar menggunakan satuan ukuran tertentu, sentimeter, meter, kilometer, gram dan liter. Selanjutnya konsep ruang, seperti luas dan volume.
5. Konsep tentang waktu
Konsep tentang waktu telah dimiliki anak sejak masa kanak-kanak, seperti konsep pagi, siang dan malam. Setelah masuk sekolah, anak belajar mengenai konsep waktu secara lebih tepat dan disertai dengan konsep-konsep ukuran waktu mulai dari satuan terkecil hingga terbesar seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad.
6. Konsep tentang diri
Dengan makin luasnya lingkup pergaulan anak dan proses belajar di sekolah, anak memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain serta pelajaran dari guru membuat anak makin luas lingkupnya dengan lingkungannya. Dari situlah anak mengembangkan konsep tentang dirinya, baik fisik maupun psikologis.
Beberapa konsep yang diuraikan diatas erat kaitannya dengan penguasaan tugas-tugas perkembangan masa anak usia sekolah dasar. Hal ini berarti pencapaian tugas-tugas perkembangan akan banyak ditentukan oleh penguasaan konsep-konsep seperti disebutkan diatas. Disisi yang lain penguasaan konsep-konsep banyak ditentukan oleh tingkat perkembangan kognitifnya.
III. Implikasi
Implikasi yang tersirat dalam teori perkembangan intelektual anak menurut Jean Piaget,
a. bahwa anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam cara memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu dalam proses pendidikan, pengajaran harus dipusatkan pada anak, dengan mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif anak;
b. bahwa anak-anak yang dalam perkembangan intektualnya masih berada di bawah tahap operasional formal tidak dapat memecahkan masalah yang bersifat abstrak, untuk itu pengajaran hendaknya melatih anak-anak untuk memecahkan masalah yang sifatnya konkret;
c. pemberian informasi dan pengalaman kepada anak hendaknya jangan yang terlalu mudah diasimilasikan, karena hal itu dapat menghambat proses akomodasi pada diri mereka;
d. agar anak dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dan pengalaman baru, hendaknya informasi dan pengalaman baru tersebut dihubungkan dengan informasi dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya.
IV. KESIMPULAN
Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif anak melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor, sejak lahir sampai usia 2 tahun.
2. Tahap Praoperasional, dimulai dari usia 2 tahun sampai kira-kira usia 7 tahun.
3. Tahap Operasional Konkret, dimulai dari usia 7 hingga kira-kira 11 tahun.
4. Tahap Operasional Formal, dimulai dari usia 11 hingga kira-kira 15 tahun.
Teori perkembangan kognitif Piaget didasarkan atas prinsip proses adaptasi yang terjadi dalam interaksi antara organisme (makhluk hidup) dengan lingkungannya.
Dalam proses adaptasi ini akan terjadi dua proses, yaitu proses asimilasi dana akomodasi. Mengacu pada Piaget, maka anak-anak usia sekolah dasar telah berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada Tahap ini anak telah belajar mengenal berbagai konsep dan cara berpikir. Beberapa konsep yang telah dimiliki anak pada usia sekolah dasar diantaranya, konsep kehidupan, konsep tentang fungsi-fungsi tubuh, konsep tentang bilangan, konsep tentang ukuran dan bilangan, konsep tentang waktu, konsep tentang diri.
PENDAHULUAN
Intelek atau kemampuan berpikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Kemampuan intelektual anak-anak berbeda dengan kemampuan intelektual orang dewasa. Hal ini tidak saja disebabkan karena orang dewasa tahu banyak tentang segala sesuatu, tetapi ada faktor penting yang membedakannya. Kemampuan intelektual berkembang sejalan dengan bertambahnya usia, sehingga selalu hal ini terdapat tahap-tahap perkembangan intelektual yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa tahap perkembangan yang satu berbeda dengan tahap perkembangan lain.
Tinjauan terhadap perkembangan intelektual anak sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bahasa. Keduanya saling berkait, karena bahasa. adalah manifestasi dari kemampuan intelektual, dan sebaliknya perkembangan intelektual dapat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkembangan intelektual dan bahasa pada diri anak seringkali diabaikan. Orang dewasa dan orang-orang awam disekitar anak hanya mampu menganggap mereka sebagai miniatur orang dewasa. Dunia anak sering diabaikan dan dianggap dunia penuh kebodohan. Hal ini tidak akan terjadi jika orang tua mau memahami bahwa anak-anak itu perlu waktu untuk berkembang. Bagaimanapun kemampuan intelektual dan bahasa pada anak hanyalah sebuah potensi yang masih harus dikembangkan.
Makalah ini akan membahas bagaimana perkembangan intelektual dan bahasa anak. Untuk keperluan pembahasan, kedua potensi tersebut akan disampaikan secara terpisah.
II. Perkembangan Intelektual Anak
Perkembangan Intelektual atau sering juga disebut perkembangan kognitif, merupakan perubahan yang terjadi pada kemampuan berpikir (H.M Surya, 2005 : 7-14). Dalam konteks ini, perkembangan intelaktual anak akan dibahas dengan mengacu pada teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Jean Piaget. Menurut Piaget, perkembangan Intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksudkannya sebagai skema (Peterson, 1996:56). Skema ini dimaksudkan Piaget sebagai penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakannya. Selanjutnya menurut Piaget, aktivitas didalam menggunakan skema inilah yang membawa anak kearah hubungannya dengan lingkungan. sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Dalam proses hubungan anak dengan lingkungan akan menimbulkan dua proses berikut yaitu : asimilasi dan akomodasi. (H.M Surya dkk, 2005 : 7.15) menjabarkan kedua proses yang dikemukakan Piaget tersebut sebagai berikut
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses menerima berbagai stimulis atau rangsangan yang sampai pada dirinya sendiri, kemudian diolah dan disesuaikan dengan kondisi dirinya. Pada saat seseorang menerima suatu informasi baru maka informasi itu akan diterima, kemudian diolah dan disesuaikan dengan struktur informasi yang telah dimilikinya.
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses menerima rangsangan yang datang dari lingkungan, kemudian disimpan dalam kesadarannya. Hal ini berbeda dengan proses asimilasi berupa pengolahan dan perpaduan dengan hal-hal yang telah ada dalam dirinya. Sedangkan dalam akomodasi langsung diterima dan disimpan, kemudian digunakan bagi keperluan dirinya.
Sehubungan dengan proses asimilasi dan akomodasi ini, Noehi Nasution (1992: 55) berpendapat bahwa:
“Apabila pada anak hanya dihadapkan informasi dan pengalaman yang dapat diasimilasikan dengan mudah, tidak akan terjadi akomodasi dan perkembangan anak pun akan terhambat. Dilain pihak akomodasi pun tidak akan terjadi apabila pengalaman yang terlalu asing bagi anak, sehingga anak pun tidak dapat memahaminya”
Menurut Piaget perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama (Santrock, 1995:44-45), yaitu sebagai berikut:
Tahap sensorimotor, berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
Tahap praoperasional, berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Tahap Operasional Konkret, yang berlangsung kira-kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas dan berat.
Tahap operasional Formal, yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang diuraikan diatas, Piaget (Noehi Nasution,1992:57) menjelaskan bahwa, urutan tahapan perkembangan kognitif anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, perkembangan kognitif anak (khususnya anak usia sekolah dasar) telah berada pada tahap operasional konkret, yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek konkret (nyata). Dengan memasuki sekolah, anak memperoleh penambahan wawasan lingkungan yang akan membantu meningkatkan perkembangan berpikirnya. Di sekolah anak belajar mengenal beberapa konsep dan cara berpikir. Menurut H.M Surya,dkk (2005:716-718), ada beberapa konsep yang telah dimiliki anak di sekolah dasar, antara lain:
1. Konsep tentang kehidupan
Pada masa sebelumnya anak mengira bahwa kehidupan terjadi pada semua benda yang bergerak, seperti air sungai yang mengalir, pohon yang bergoyang dan mobil yang sedang melaju. Dalam masa ini secara bertahap anak mulai menyadari bahwa gerak bukanlah satu-satunya ciri kehidupan. Anak menyadari bahwa ada ciri lain yang lebih hakiki dari kehidupan itu sehingga mampu membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.
2. Konsep tentang fungsi-fungsi tubuh
Setelah anak masuk sekolah, anak akan banyak memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi tubuh dan organ-organ tubuh. Dengan demikian anak menjadi lebih matang mengenal konsep fungsi bagian-bagian tubuhnya dan bagaimana memperlakukannya secara tepat.
3. Konsep tentang bilangan.
Pada saat anak memasuki sekolah dasar, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang bilangan, misalnya anak sudah tahu bilangan-bilangan dan caracara membilang.
4. Konsep tentang ukuran dan ruang
Sebelum memasuki usia sekolah, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang ukuran dan ruang, seperti panjang, pendek, tinggi, luas, besar dan kecil. Setelah masuk sekolah anak belajar menggunakan satuan ukuran tertentu, sentimeter, meter, kilometer, gram dan liter. Selanjutnya konsep ruang, seperti luas dan volume.
5. Konsep tentang waktu
Konsep tentang waktu telah dimiliki anak sejak masa kanak-kanak, seperti konsep pagi, siang dan malam. Setelah masuk sekolah, anak belajar mengenai konsep waktu secara lebih tepat dan disertai dengan konsep-konsep ukuran waktu mulai dari satuan terkecil hingga terbesar seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad.
6. Konsep tentang diri
Dengan makin luasnya lingkup pergaulan anak dan proses belajar di sekolah, anak memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain serta pelajaran dari guru membuat anak makin luas lingkupnya dengan lingkungannya. Dari situlah anak mengembangkan konsep tentang dirinya, baik fisik maupun psikologis.
Beberapa konsep yang diuraikan diatas erat kaitannya dengan penguasaan tugas-tugas perkembangan masa anak usia sekolah dasar. Hal ini berarti pencapaian tugas-tugas perkembangan akan banyak ditentukan oleh penguasaan konsep-konsep seperti disebutkan diatas. Disisi yang lain penguasaan konsep-konsep banyak ditentukan oleh tingkat perkembangan kognitifnya.
III. Implikasi
Implikasi yang tersirat dalam teori perkembangan intelektual anak menurut Jean Piaget,
a. bahwa anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam cara memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu dalam proses pendidikan, pengajaran harus dipusatkan pada anak, dengan mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif anak;
b. bahwa anak-anak yang dalam perkembangan intektualnya masih berada di bawah tahap operasional formal tidak dapat memecahkan masalah yang bersifat abstrak, untuk itu pengajaran hendaknya melatih anak-anak untuk memecahkan masalah yang sifatnya konkret;
c. pemberian informasi dan pengalaman kepada anak hendaknya jangan yang terlalu mudah diasimilasikan, karena hal itu dapat menghambat proses akomodasi pada diri mereka;
d. agar anak dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dan pengalaman baru, hendaknya informasi dan pengalaman baru tersebut dihubungkan dengan informasi dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya.
IV. KESIMPULAN
Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif anak melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor, sejak lahir sampai usia 2 tahun.
2. Tahap Praoperasional, dimulai dari usia 2 tahun sampai kira-kira usia 7 tahun.
3. Tahap Operasional Konkret, dimulai dari usia 7 hingga kira-kira 11 tahun.
4. Tahap Operasional Formal, dimulai dari usia 11 hingga kira-kira 15 tahun.
Teori perkembangan kognitif Piaget didasarkan atas prinsip proses adaptasi yang terjadi dalam interaksi antara organisme (makhluk hidup) dengan lingkungannya.
Dalam proses adaptasi ini akan terjadi dua proses, yaitu proses asimilasi dana akomodasi. Mengacu pada Piaget, maka anak-anak usia sekolah dasar telah berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada Tahap ini anak telah belajar mengenal berbagai konsep dan cara berpikir. Beberapa konsep yang telah dimiliki anak pada usia sekolah dasar diantaranya, konsep kehidupan, konsep tentang fungsi-fungsi tubuh, konsep tentang bilangan, konsep tentang ukuran dan bilangan, konsep tentang waktu, konsep tentang diri.
Materi Irisiasi 3
Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan menjelaskan karakteristik anak usia SD. Oleh karena itu materi inisiasi III ini berupa kajian tentang karakteristik dan perkembangan anak Sekolah Dasar. Anda diharapkan berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tuton. Disamping itu Anda dituntut dapat mengerjakan tugas yang diberikan dalam tuton ini. Dipersilahkan Anda mempelajari materi inisiasi III tuton ini dengan seksama.
Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah Dasar (SD) memiliki keunikan tersendiri. Karakteristik dan perkembangan anak Sekolah Dasar (SD) ini dibahas agar dapat memperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas mengenai perkembangan minat, bakat, kreatifitas dan kecerdasan intelektual serta kecerdasan emosional pada anak usia Sekolah Dasar (SD). Dengan memahami bagaimana karakteristik dan perkembangan anak usia sekolah dasar tersebut diharapkan dapat merancang suatu pengajaran yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar.
Karakteristik anak Sekolah Dasar
Menurut Noehi Nasution (1992:43-44) karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu:
1. Masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun, dengan karakteristik:
Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
Adanya kecenderungan memuji sendiri.
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13, dengan karakteristik sebagai berikut :
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis.
Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Pemahaman dan gambaran tentang perkembangan anak SD ditinjau dari perkembangan :
Minat
Minat menurut Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Modul PGSD, 2002) merupakan dorongan dari dalam diri seseorang, atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang. Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya cakrawala mental anak, maka minat-minatnya pun akan berkembang. Minat dapat dipelajari melalui berbagai macam cara:
Trial and error
Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia mahir, ia akan gemar atau minat bersepeda.
Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misal ayah atau ibu)
Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan ia melihat ayah atau ibunya senang membaca.
Perkembangan minat memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut:
Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan berminat pada bermain lompat tali bila anak belum dapat mengkoordinasikan gerak otot-ototnya).
Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa disekitarnya.
Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan fisik, mental serta pengalaman sosial anak.
Minat dipengaruhi oleh budaya, karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga, guru dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.
Minat dipengaruhi oleh faktor emosi/suasana hati. Jika suasana hati kita sedang gundah, minat pada sesuatu juga berkurang, demikian juga sebaliknya.
Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak
Kegiatan dan hal-hal yang diminati anak SD
Kepemimpinan
Seorang anak yang dipilih sebagai pemimpin oleh kelompoknya.
Bermain konstruktif
Yaitu kegiatan membuat sesuatu, misal membuat mainan pistol-pistolan, membuat kerajinan tangan hiasan dinding, dll.
Menjelajah
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kegiatan ini lebih asyik bila dilakukan bersama teman-teman yang merupakan kegiatan kelompok, misal kegiatan pramuka.
Mengoleksi/mengumpulkan sesuatu
Anak mengumpulkan benda-benda yang menarik perhatiannya dan kelompoknya. Misalnya, perangko, mata uang, dll
Permainan atau olahraga
Anak menyukai permainan yang penuh dengan tantangan, kompetitif dan tertuju pada keterampilan tertentu, misalnya permainan/olahraga kasti
rekreasi.
Minat anak pada sekolah
Tak dapat dipungkiri bahwa minat anak pada sekolah menjadi lebih selektif begitu anak bertambah besar. Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Bagi anak-anak tertentu di usia dini, pergi ke sekolah merupakan hal yang menyenangkan. Karena mereka merasa menjadi lebih besar seperti kakak-kakaknya. Mereka begitu bersemangat ketika berangkat pada hari pertama sekolah. Namun begitu anak mulai besar. mulai terjadi perubahan.
Berikut ini adalah berbagai kondisi yang membuat berubahnya minat anak pada sekolah di masa perkembangan usia SD, yaitu :
Pengalaman anak pada masa awal sekolah
Anak yang sudah siap baik secara fisik maupun intelektual untuk sekolah akan memiliki sikap positif pada sekolah dibandingkan dengan anak yang belum siap. Pengalaman anak di teman kanak-kanak juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri dan kesiapan anak untuk memasuki dunia sekolah, karena anak harus berpisah dengan orang tua terutama ibu atau pengasuhnya.
Pengaruh orang tua dan kakak
Sikap orang tua dan kakak terhadap pendidikan, belajar, mata pelajaran tertentu maupun terhadap guru akan sangat berpengaruh pada anak. Jika orang tua yang tidak terlalu mendorong anak untuk belajar mempersiapkan ulangan, misalnya, membuat anak tidak tertantang untuk melakukanya.
Sikap teman sebaya
Pada anak-anak SD ternyata minat dan sikap pada sekolah maupun kegiatan sekolah yang dipilih anak banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya.
Prestasi akademik
Keberhasilan dan kegagalan akademik menimbulkan rasa suka dan tidak suka anak terhadap sekolah dan dapat menambah atau mengurangi minat anak terhadap sekolah.
Hubungan guru dengan siswa
Akibat minat yang berkurang pada sekolah
Dengan berkurangnya minat anak ke sekolah dapat menyebabkan:
Fobia sekolah yaitu ketakutan yang luar biasa untuk berada di sekolah.
Membolos yaitu tidak masuk sekolah tanpa sebab-sebab yang jelas dan tanpa izin dari orang tua atau pimpinan sekolah.
Tingkah laku yang mengganggu. Jika anak bosan maka ia dapat menjadi anak yang bermasalah.
Underachiever. Anak yang bosan pada sekolah atau tidak berminat pada sekolah akan berprestasi di bawah atau tidak sesuai dengan tingkat kemampuan atau potensinya.
Bakat
Dalam Kapita Selekta Pendidikan SD disebutkan bahwa bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Bakat sebagai potensi yang dapat dikembangkan.
Faktor-faktor yang dapat menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud :
Faktor dalam diri anak, yaitu bagaimana minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginan anak untuk mewujudkan bakatnya dalam prestasi.
Faktor keadaan lingkungan, yaitu seberapa jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana dan prasarana yang tersedia, berapa besar dorongan dan dukungan orang tua, bagaimana keadaan sosial ekonomi orang tua, maupun tempat tinggalnya.
Perwujudan bakat dalam prestasi merupakan hal yang patut dikembangkan dalam kehidupan anak. Berkaitan dengan bakat, sejak beberapa dekade ini banyak ahli mulai memikirkan pentingnya kreativitas dalam diri seseorang.
Kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada (H. M. Surya, dkk, 2005). Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Hubungan kreatifitas dengan kecerdasan
Masalah yang selalu menarik bagi kebanyakan ahli adalah hubungan kreativitas dengan inteligensi. Apakah orang yang kreatif selalu mempunyai inteligensi yang tinggi?. Kenyataannya dilaporkan bahwa seseorang yang memiliki bakat kreatifitas yang tinggi ternyata tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja. Hurlock (1978) menyatakan bahwa tidak semua orang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi adalah orang-orang yang kreatif. Namun Harlock (1978) juga mengemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum, karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini (pengetahuan dan pengalaman hidup) dan hal ini juga bergantung pada kemampuan intelektual seseorang.
Kecerdasan Intelektual
Piaget (dalam Modul PGSD, 2002)) menjelaskan kecerdasan intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan yang membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bagaimana anak usia sekolah membagi gula-gulanya ke teman-temannya? Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak atau seseorang memanfaatkan kemampuan intelektualnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kecerdasan Intelektual seseorang ditentukan oleh bakat bawaan (gen) maupun lingkungan, yang berupa pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Selanjutnya, menurut Piaget (dalam Noehi, 1992:54) menjelaskan bahwa perkembangan kecerdasan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan sebagai skema (Schemata). Skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungannya. Aktivitas di dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama.
Tahap sensorimotor,
berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
Tahap praoperasional,
berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Tahap Operasional Konkret,
yang berlangsung kira-kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir. *Tahap operasional konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas dan berat.
Tahap operasional Formal,
yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang diuraikan diatas, Piaget (Noehi Nasution, 1992:57) menjelaskan bahwa, urutan tahapan perkembangan kognitif' anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia SD telah berada pada tahap operasional konkret, yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek konkret (nyata). Dengan memasuki sekolah, anak memperoleh penambahan wawasan lingkungan yang akan membantu meningkatkan perkembangan berpikirnya. Di sekolah anak belajar mengenal beberapa konsep dan cara berpikir. Menurut H.M Surya, dkk (2005:716-718), ada beberapa konsep yang telah dimiliki anak di sekolah dasar, antara lain.
Konsep tentang kehidupan
Pada masa sebelumnya anak mengira bahwa kehidupan terjadi pada semua benda yang bergerak, seperti air sungai yang mengalir, pohon yang bergoyang dan mobil yang sedang melaju. Dalam masa ini secara bertahap anak mulai menyadari bahwa gerak bukanlah satu-satunya ciri kehidupan. Anak menyadari bahwa ada ciri lain yang lebih hakiki dari kehidupan itu sehingga mampu membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.
Konsep tentang fungsi-fungsi tubuh
Setelah anak masuk sekolah, anak akan banyak memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi tubuh dan organ-organ tubuh. Dengan demikian anak menjadi lebih matang mengenal konsep fungsi bagian-bagian tubuhnya dan bagaimana memperlakukannya secara tepat.
Konsep tentang bilangan.
Pada saat anak memasuki sekolah dasar, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang bilangan, misalnya anak sudah tahu bilangan-bilangan dan cara-cara membilang.
Konsep tentang ukuran dan ruang
Sebelum memasuki usia sekolah, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang ukuran dan ruang, seperti panjang, pendek, tinggi, luas, besar dan kecil. Setelah masuk sekolah anak belajar menggunakan satuan ukuran tertentu, sentimeter, meter, kilometer, gram dan liter. Selanjutnya konsep ruang, seperti luas dan volume.
Konsep tentang waktu
Konsep tentang waktu telah dimiliki anak sejak masa kanak-kanak, seperti konsep pagi, siang dan malam. Setelah masuk sekolah, anak belajar mengenai konsep waktu secara lebih tepat dan disertai dengan konsep-konsep ukuran waktu mulai dari satuan terkecil hingga terbesar seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad.
Konsep tentang diri
Dengan makin luasnya lingkup pergaulan anak dan proses belajar di sekolah, anak memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain serta pelajaran dari guru membuat anak makin luas lingkupnya dengan lingkungannya. Dari situlah anak mengembangkan konsep tentang dirinya, baik fisik maupun psikologis.
Kecerdasan Emosional
Noehi (1992:64) menjelaskan bahwa emosi memerankan peranan penting dalam kehidupan anak. Emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau rintangan. Jenis-jenis emosi yang umum pada anak-anak antara lain:
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Yaitu suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi-situasi yang dikhayalkan atau diimajinasikan akan terjadi.
c. Marah
Merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak oleh karena lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam kehidupan anak daripada stimulus yang menimbulkan rasa takut dan banyak anak pada usia muda menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
d. Cemburu
Merupakan respon yang normal terhadap kehilangan ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan
Kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai ketenangan, kenikmatan atau kebahagiaan merupakan emosi yang positif.
f. Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditunjukan terhadap seseorang atau suatu benda.
g. Ingin tahu
Golemann (dalam modul PGSD, 2002) dalam bukunya Working with Emotional Intelligence mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain. Keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor intelegensi saja tetapi juga faktor emosi. Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam :
Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri yang baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal kecepatan belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar.
Pandai, Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Memiliki minat, Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat, anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasi tidak hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya.
3. Implikasi
Dengan memahami karakteristik dan perkembangan anak SD, pendidik di SD diharapkan :
Dapat merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan potensi anak didik.
Dapat membawa siswa kedalam kegiatan belajar siswa aktif.
Dapat menciptakan iklim belajar yang baik dan menyenangkan di kelas.
Dapat menangani masalah-masalah pendidikan pada umumnya dan masalah-masalah anak didik pada umumnya.
4. Kesimpulan.
Karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.
Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar.
Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Penyebab berkurananya minat pada sekolah disebabkan oleh beberapa kondisi.
Bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Kecerdasan Intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan, membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain.
Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah Dasar (SD) memiliki keunikan tersendiri. Karakteristik dan perkembangan anak Sekolah Dasar (SD) ini dibahas agar dapat memperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas mengenai perkembangan minat, bakat, kreatifitas dan kecerdasan intelektual serta kecerdasan emosional pada anak usia Sekolah Dasar (SD). Dengan memahami bagaimana karakteristik dan perkembangan anak usia sekolah dasar tersebut diharapkan dapat merancang suatu pengajaran yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar.
Karakteristik anak Sekolah Dasar
Menurut Noehi Nasution (1992:43-44) karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu:
1. Masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun, dengan karakteristik:
Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
Adanya kecenderungan memuji sendiri.
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13, dengan karakteristik sebagai berikut :
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis.
Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Pemahaman dan gambaran tentang perkembangan anak SD ditinjau dari perkembangan :
Minat
Minat menurut Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Modul PGSD, 2002) merupakan dorongan dari dalam diri seseorang, atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang. Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya cakrawala mental anak, maka minat-minatnya pun akan berkembang. Minat dapat dipelajari melalui berbagai macam cara:
Trial and error
Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia mahir, ia akan gemar atau minat bersepeda.
Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misal ayah atau ibu)
Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan ia melihat ayah atau ibunya senang membaca.
Perkembangan minat memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut:
Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan berminat pada bermain lompat tali bila anak belum dapat mengkoordinasikan gerak otot-ototnya).
Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa disekitarnya.
Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan fisik, mental serta pengalaman sosial anak.
Minat dipengaruhi oleh budaya, karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga, guru dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.
Minat dipengaruhi oleh faktor emosi/suasana hati. Jika suasana hati kita sedang gundah, minat pada sesuatu juga berkurang, demikian juga sebaliknya.
Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak
Kegiatan dan hal-hal yang diminati anak SD
Kepemimpinan
Seorang anak yang dipilih sebagai pemimpin oleh kelompoknya.
Bermain konstruktif
Yaitu kegiatan membuat sesuatu, misal membuat mainan pistol-pistolan, membuat kerajinan tangan hiasan dinding, dll.
Menjelajah
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kegiatan ini lebih asyik bila dilakukan bersama teman-teman yang merupakan kegiatan kelompok, misal kegiatan pramuka.
Mengoleksi/mengumpulkan sesuatu
Anak mengumpulkan benda-benda yang menarik perhatiannya dan kelompoknya. Misalnya, perangko, mata uang, dll
Permainan atau olahraga
Anak menyukai permainan yang penuh dengan tantangan, kompetitif dan tertuju pada keterampilan tertentu, misalnya permainan/olahraga kasti
rekreasi.
Minat anak pada sekolah
Tak dapat dipungkiri bahwa minat anak pada sekolah menjadi lebih selektif begitu anak bertambah besar. Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Bagi anak-anak tertentu di usia dini, pergi ke sekolah merupakan hal yang menyenangkan. Karena mereka merasa menjadi lebih besar seperti kakak-kakaknya. Mereka begitu bersemangat ketika berangkat pada hari pertama sekolah. Namun begitu anak mulai besar. mulai terjadi perubahan.
Berikut ini adalah berbagai kondisi yang membuat berubahnya minat anak pada sekolah di masa perkembangan usia SD, yaitu :
Pengalaman anak pada masa awal sekolah
Anak yang sudah siap baik secara fisik maupun intelektual untuk sekolah akan memiliki sikap positif pada sekolah dibandingkan dengan anak yang belum siap. Pengalaman anak di teman kanak-kanak juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri dan kesiapan anak untuk memasuki dunia sekolah, karena anak harus berpisah dengan orang tua terutama ibu atau pengasuhnya.
Pengaruh orang tua dan kakak
Sikap orang tua dan kakak terhadap pendidikan, belajar, mata pelajaran tertentu maupun terhadap guru akan sangat berpengaruh pada anak. Jika orang tua yang tidak terlalu mendorong anak untuk belajar mempersiapkan ulangan, misalnya, membuat anak tidak tertantang untuk melakukanya.
Sikap teman sebaya
Pada anak-anak SD ternyata minat dan sikap pada sekolah maupun kegiatan sekolah yang dipilih anak banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya.
Prestasi akademik
Keberhasilan dan kegagalan akademik menimbulkan rasa suka dan tidak suka anak terhadap sekolah dan dapat menambah atau mengurangi minat anak terhadap sekolah.
Hubungan guru dengan siswa
Akibat minat yang berkurang pada sekolah
Dengan berkurangnya minat anak ke sekolah dapat menyebabkan:
Fobia sekolah yaitu ketakutan yang luar biasa untuk berada di sekolah.
Membolos yaitu tidak masuk sekolah tanpa sebab-sebab yang jelas dan tanpa izin dari orang tua atau pimpinan sekolah.
Tingkah laku yang mengganggu. Jika anak bosan maka ia dapat menjadi anak yang bermasalah.
Underachiever. Anak yang bosan pada sekolah atau tidak berminat pada sekolah akan berprestasi di bawah atau tidak sesuai dengan tingkat kemampuan atau potensinya.
Bakat
Dalam Kapita Selekta Pendidikan SD disebutkan bahwa bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Bakat sebagai potensi yang dapat dikembangkan.
Faktor-faktor yang dapat menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud :
Faktor dalam diri anak, yaitu bagaimana minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginan anak untuk mewujudkan bakatnya dalam prestasi.
Faktor keadaan lingkungan, yaitu seberapa jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana dan prasarana yang tersedia, berapa besar dorongan dan dukungan orang tua, bagaimana keadaan sosial ekonomi orang tua, maupun tempat tinggalnya.
Perwujudan bakat dalam prestasi merupakan hal yang patut dikembangkan dalam kehidupan anak. Berkaitan dengan bakat, sejak beberapa dekade ini banyak ahli mulai memikirkan pentingnya kreativitas dalam diri seseorang.
Kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada (H. M. Surya, dkk, 2005). Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Hubungan kreatifitas dengan kecerdasan
Masalah yang selalu menarik bagi kebanyakan ahli adalah hubungan kreativitas dengan inteligensi. Apakah orang yang kreatif selalu mempunyai inteligensi yang tinggi?. Kenyataannya dilaporkan bahwa seseorang yang memiliki bakat kreatifitas yang tinggi ternyata tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja. Hurlock (1978) menyatakan bahwa tidak semua orang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi adalah orang-orang yang kreatif. Namun Harlock (1978) juga mengemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum, karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini (pengetahuan dan pengalaman hidup) dan hal ini juga bergantung pada kemampuan intelektual seseorang.
Kecerdasan Intelektual
Piaget (dalam Modul PGSD, 2002)) menjelaskan kecerdasan intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan yang membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bagaimana anak usia sekolah membagi gula-gulanya ke teman-temannya? Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak atau seseorang memanfaatkan kemampuan intelektualnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kecerdasan Intelektual seseorang ditentukan oleh bakat bawaan (gen) maupun lingkungan, yang berupa pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Selanjutnya, menurut Piaget (dalam Noehi, 1992:54) menjelaskan bahwa perkembangan kecerdasan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan sebagai skema (Schemata). Skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungannya. Aktivitas di dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama.
Tahap sensorimotor,
berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
Tahap praoperasional,
berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Tahap Operasional Konkret,
yang berlangsung kira-kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir. *Tahap operasional konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas dan berat.
Tahap operasional Formal,
yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang diuraikan diatas, Piaget (Noehi Nasution, 1992:57) menjelaskan bahwa, urutan tahapan perkembangan kognitif' anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia SD telah berada pada tahap operasional konkret, yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek konkret (nyata). Dengan memasuki sekolah, anak memperoleh penambahan wawasan lingkungan yang akan membantu meningkatkan perkembangan berpikirnya. Di sekolah anak belajar mengenal beberapa konsep dan cara berpikir. Menurut H.M Surya, dkk (2005:716-718), ada beberapa konsep yang telah dimiliki anak di sekolah dasar, antara lain.
Konsep tentang kehidupan
Pada masa sebelumnya anak mengira bahwa kehidupan terjadi pada semua benda yang bergerak, seperti air sungai yang mengalir, pohon yang bergoyang dan mobil yang sedang melaju. Dalam masa ini secara bertahap anak mulai menyadari bahwa gerak bukanlah satu-satunya ciri kehidupan. Anak menyadari bahwa ada ciri lain yang lebih hakiki dari kehidupan itu sehingga mampu membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.
Konsep tentang fungsi-fungsi tubuh
Setelah anak masuk sekolah, anak akan banyak memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi tubuh dan organ-organ tubuh. Dengan demikian anak menjadi lebih matang mengenal konsep fungsi bagian-bagian tubuhnya dan bagaimana memperlakukannya secara tepat.
Konsep tentang bilangan.
Pada saat anak memasuki sekolah dasar, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang bilangan, misalnya anak sudah tahu bilangan-bilangan dan cara-cara membilang.
Konsep tentang ukuran dan ruang
Sebelum memasuki usia sekolah, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang ukuran dan ruang, seperti panjang, pendek, tinggi, luas, besar dan kecil. Setelah masuk sekolah anak belajar menggunakan satuan ukuran tertentu, sentimeter, meter, kilometer, gram dan liter. Selanjutnya konsep ruang, seperti luas dan volume.
Konsep tentang waktu
Konsep tentang waktu telah dimiliki anak sejak masa kanak-kanak, seperti konsep pagi, siang dan malam. Setelah masuk sekolah, anak belajar mengenai konsep waktu secara lebih tepat dan disertai dengan konsep-konsep ukuran waktu mulai dari satuan terkecil hingga terbesar seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad.
Konsep tentang diri
Dengan makin luasnya lingkup pergaulan anak dan proses belajar di sekolah, anak memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain serta pelajaran dari guru membuat anak makin luas lingkupnya dengan lingkungannya. Dari situlah anak mengembangkan konsep tentang dirinya, baik fisik maupun psikologis.
Kecerdasan Emosional
Noehi (1992:64) menjelaskan bahwa emosi memerankan peranan penting dalam kehidupan anak. Emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau rintangan. Jenis-jenis emosi yang umum pada anak-anak antara lain:
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Yaitu suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi-situasi yang dikhayalkan atau diimajinasikan akan terjadi.
c. Marah
Merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak oleh karena lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam kehidupan anak daripada stimulus yang menimbulkan rasa takut dan banyak anak pada usia muda menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
d. Cemburu
Merupakan respon yang normal terhadap kehilangan ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan
Kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai ketenangan, kenikmatan atau kebahagiaan merupakan emosi yang positif.
f. Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditunjukan terhadap seseorang atau suatu benda.
g. Ingin tahu
Golemann (dalam modul PGSD, 2002) dalam bukunya Working with Emotional Intelligence mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain. Keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor intelegensi saja tetapi juga faktor emosi. Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam :
Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri yang baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal kecepatan belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar.
Pandai, Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Memiliki minat, Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat, anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasi tidak hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya.
3. Implikasi
Dengan memahami karakteristik dan perkembangan anak SD, pendidik di SD diharapkan :
Dapat merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan potensi anak didik.
Dapat membawa siswa kedalam kegiatan belajar siswa aktif.
Dapat menciptakan iklim belajar yang baik dan menyenangkan di kelas.
Dapat menangani masalah-masalah pendidikan pada umumnya dan masalah-masalah anak didik pada umumnya.
4. Kesimpulan.
Karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.
Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar.
Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Penyebab berkurananya minat pada sekolah disebabkan oleh beberapa kondisi.
Bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Kecerdasan Intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan, membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain.
Materi Inisiasi 2
Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu. Oleh karena itu materi inisiasi 2 ini berupa kajian tentang Pandangan aliran atau para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu. Anda diharapkan berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tuton. Dipersilahkan Anda mempelajari materi inisiasi 2 tuton ini dengan seksama. Selamat Belajar.
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Secara umum perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor indogin dan faktor eksogin, faktor ekstern dan faktor intern. Faktor manakah yang lebih kuat antara keduanya, tiap orang, golongan atau faham, masing-masing memiliki perbedaan. Hal ini adalah karena pendapat-pendapat mereka masih berdasarkan keyakinan belum berdasarkan penelitian yang mendalam atau yang alamiah.
Setiap individu dilahirkan kedunia membawa heriditas tertentu. Artinya karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik yang menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan psikhis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
I. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu para ahli berbeda pendapat juga lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi individu tidak sama. Oleh karena itu aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu akan dibahas sebagai berikut :
Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah dokrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhaueur (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuliki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam. Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa, perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh. Adapun hasil pendidikan itu 100% tergantung pada pembawaan anak didik sendiri. Lingkungan termasuk didalamnya pendidikan, tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga anak jahat akan menjadi jahat dan anak yang baik menjadi baik. Aliran nativisme berpendapat bahwa sehubungan dengan perkembangan anak didik usaha pendidikan tidak dapat dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pendidik.
Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat mashur adalah “tabula rasa” sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya, dalam hal ini para penganut menganggap setiap anak lahir seperti tabularasa dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa maksudnya hendak menjadi apa seorang anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Menurut aliran tabula rasa, perkembangan anak 100% bergantung pada pengaruh luar yang disebut dengan lingkungan.
Aliran yang hampir bersamaan dengan aliran nativisme ialah aliran yang
Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh JJ. Rousseau seorang filsuf bangsa perancis, 1712-1778 dengan aliran naturalismenya. Menurut pendapat Rousseau dalam bukunya Emile bahwa “Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia.” Pendidikan yang diinginkan Rousseau hendaklah dimulai dengan mempelajari perkembangan anak. Anak tidak boleh dianggap sebagai manusia dewasa yang kecil karena anggapan yang demikian mengabaikan tahap-tahap perkembangan yang berbeda dimana didalamnya ada daya-daya khusus yang perlu dikembangkan secara alamiah.
Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama LouisWilliam Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Berdasarkan aliran-aliran doktrin filosofis diatas maka kita dapat berkesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan individu berupa faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri dan pembawaan psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri, yang mencakup hereditas atau keturunan.
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang, hal ini tergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Faktor hereditas yang dianggap mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
Faktor fisik, sebagian merupakan bawaan yang tidak adapat diubah, tetapi sebagian ditentukan oleh pemeliharaan ketika kehamilan, gizi, olah raga dan kesehatan umum.
Jenis kelamin, berpengaruh pada kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap
Kesehatan, terutama penyakit turunan
Kecerdasan, yang berbeda bagi setiap orang
Bakat, yaitu kemampuan khusus yang dimiliki seseorang tanpa tergantung pada latihan. Orang akan lebih berhasil jika belajar sesuai dengan bakatnya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
Keluarga yang mencakup jumlah anak dalam keluarga, nomor kelahiran, perubahan struktur keluarga, latar belakang pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi
Sekolah sebagai pendidikan formal, yang sangat besar pengaruhnya bagi setiap orang terutama dalam bersikap dan bertindak
Budaya dan masyarakat yang mempengaruhi berbagai aspek belajar terutama dalam sikap dan nilai, bahasa, serta reaksi terhadap diri dan disiplin kelas
Media, termasuk media elektronik dan media cetak.
Agar dapat memperbesar dampak positif pengaruh-pengaruh tersebut, guru hendaknya berusaha.
Memahami latar belakang anak
Menyadari adanya perbedaan individu
Menekankan pada awal bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan
Mengembangkan bakat khusus siswa
Memberikan bantuan yang diperlukan anak
Menghilangkan rasa curiga mencurigai dan memberikan kesempatan yang sama, serta
Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan kegemaran siswa.
Lingkungan keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam mengembangkan pribadi anak, karena perawatan orang tua yang penuh kasih sayang, pendidikan nilai-nilai kebudayaan merupakan faktor penentu berkembangnya kepribadian anak yang sehat.
Fungsi Dasar Keluarga
Memberikan rasa aman, kasih sayang, rasa memiliki
Mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga
Memberikan bimbingan bagi pengembangan prilaku secara sosial
Membentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapi
Memberikan bimbingan dalam penyesuaian diri
Stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi
Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
Sumber persahabatan (teman bermain) anak.
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Secara umum perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor indogin dan faktor eksogin, faktor ekstern dan faktor intern. Faktor manakah yang lebih kuat antara keduanya, tiap orang, golongan atau faham, masing-masing memiliki perbedaan. Hal ini adalah karena pendapat-pendapat mereka masih berdasarkan keyakinan belum berdasarkan penelitian yang mendalam atau yang alamiah.
Setiap individu dilahirkan kedunia membawa heriditas tertentu. Artinya karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik yang menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan psikhis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
I. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu para ahli berbeda pendapat juga lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi individu tidak sama. Oleh karena itu aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu akan dibahas sebagai berikut :
Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah dokrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhaueur (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuliki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam. Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa, perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh. Adapun hasil pendidikan itu 100% tergantung pada pembawaan anak didik sendiri. Lingkungan termasuk didalamnya pendidikan, tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga anak jahat akan menjadi jahat dan anak yang baik menjadi baik. Aliran nativisme berpendapat bahwa sehubungan dengan perkembangan anak didik usaha pendidikan tidak dapat dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pendidik.
Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat mashur adalah “tabula rasa” sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya, dalam hal ini para penganut menganggap setiap anak lahir seperti tabularasa dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa maksudnya hendak menjadi apa seorang anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Menurut aliran tabula rasa, perkembangan anak 100% bergantung pada pengaruh luar yang disebut dengan lingkungan.
Aliran yang hampir bersamaan dengan aliran nativisme ialah aliran yang
Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh JJ. Rousseau seorang filsuf bangsa perancis, 1712-1778 dengan aliran naturalismenya. Menurut pendapat Rousseau dalam bukunya Emile bahwa “Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia.” Pendidikan yang diinginkan Rousseau hendaklah dimulai dengan mempelajari perkembangan anak. Anak tidak boleh dianggap sebagai manusia dewasa yang kecil karena anggapan yang demikian mengabaikan tahap-tahap perkembangan yang berbeda dimana didalamnya ada daya-daya khusus yang perlu dikembangkan secara alamiah.
Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama LouisWilliam Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Berdasarkan aliran-aliran doktrin filosofis diatas maka kita dapat berkesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan individu berupa faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri dan pembawaan psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri, yang mencakup hereditas atau keturunan.
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang, hal ini tergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Faktor hereditas yang dianggap mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
Faktor fisik, sebagian merupakan bawaan yang tidak adapat diubah, tetapi sebagian ditentukan oleh pemeliharaan ketika kehamilan, gizi, olah raga dan kesehatan umum.
Jenis kelamin, berpengaruh pada kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap
Kesehatan, terutama penyakit turunan
Kecerdasan, yang berbeda bagi setiap orang
Bakat, yaitu kemampuan khusus yang dimiliki seseorang tanpa tergantung pada latihan. Orang akan lebih berhasil jika belajar sesuai dengan bakatnya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :
Keluarga yang mencakup jumlah anak dalam keluarga, nomor kelahiran, perubahan struktur keluarga, latar belakang pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi
Sekolah sebagai pendidikan formal, yang sangat besar pengaruhnya bagi setiap orang terutama dalam bersikap dan bertindak
Budaya dan masyarakat yang mempengaruhi berbagai aspek belajar terutama dalam sikap dan nilai, bahasa, serta reaksi terhadap diri dan disiplin kelas
Media, termasuk media elektronik dan media cetak.
Agar dapat memperbesar dampak positif pengaruh-pengaruh tersebut, guru hendaknya berusaha.
Memahami latar belakang anak
Menyadari adanya perbedaan individu
Menekankan pada awal bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan
Mengembangkan bakat khusus siswa
Memberikan bantuan yang diperlukan anak
Menghilangkan rasa curiga mencurigai dan memberikan kesempatan yang sama, serta
Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan kegemaran siswa.
Lingkungan keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam mengembangkan pribadi anak, karena perawatan orang tua yang penuh kasih sayang, pendidikan nilai-nilai kebudayaan merupakan faktor penentu berkembangnya kepribadian anak yang sehat.
Fungsi Dasar Keluarga
Memberikan rasa aman, kasih sayang, rasa memiliki
Mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga
Memberikan bimbingan bagi pengembangan prilaku secara sosial
Membentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapi
Memberikan bimbingan dalam penyesuaian diri
Stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi
Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
Sumber persahabatan (teman bermain) anak.
Materi Inisiasi I
INISIASI TUTORIAL ONLINE
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MKDK4002
Materi Inisiasi I
Saudara Mahasiswa, selamat berjumpa dan selamat mengikuti tutorial online (tuton) matakuliah Perkembangan Peserta Didik/MKDK4002 pada semester ini. Saudara akan mengikuti tuton ini selama delapan kali pertemuan, dan pada pertemuan ke 3, ke 5, ke 7 akan diberikan tugas tutorial berupa tes yang akan memberi kontribusi terhadap nilai akhir matakuliah. Matakuliah ini merupakan Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang berbobot 2 SKS. Penyajian tuton ini lebih bersifat pengayaan untuk memperdalam dan memperjelas Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik yang terdiri dari 6 modul.
Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan Konsep Dasar Tugas-tugas perkembangan dan Tahapan-tahapan dalam Perkembangan Manusia. Oleh karena itu materi inisiasi 1 ini berupa kajian tentang Konsep dasar tugas-tugas perkembangan dan Tahapan-tahapan dalam perkembangan manusia. Anda diharapkan dapat berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tutor tuton. Dipersilahkan Anda menyimak materi inisiasi 1 tuton ini dengan seksama. Selamat Bergabung.
Konsep Dasar Tugas-tugas Perkembangan
Manusia dalam menjalani serangkaian proses kehidupannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yang erat kaitannya dengan peningkatan kuantitas pada fisik manusia terjadi sejak masa konsepsi dan berhenti setelah mencapai maturasi (kematangan) yang terjadi pada masa remaja atau masa dewasa awal seperti dinyatakan oleh Tanner (Bee, 1984 : 91) “the final part of the pattern is the leveling of at the beginning of adulthood, wick remarks the end of growth as we usually thing of it.” Hal ini berbeda dengan perkembangan yang berjalan terus menerus hingga akhir hayat manusia sebagaimana dikemukakan Thornburg (1984 : 16) yang menyatakan bahwa “perkembangan berlangsung secara terus menerus di sepanjang hidup seseorang, mulai dari masa konsepsi sampai berakhirnya kehidupan orang itu.”
Walaupun dalam proses pertumbuhan dan perkembangan selalu ditandai dengan adanya perubahan, tidak semua perubahan yang terjadi dapat diartikan sebagai perkembangan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Candida Peterson (1996 : 20) yang menyatakan “Some permanent changes over the life span are better descried as ageing than as growth.” Lebih lanjut Peterson juga menyatakan bahwa perubahan yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi 4 kriteria yaitu
Permanent : perubahan yang terjadi bersifat permanent, bukan perubahan perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kegiatan incidental.
Qualitative : perubahan yang terjadi menunjukkan perubahan total dari seseorang, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya
Progressive : perubahan yang terjadi merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagai situasi/perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Universal : perubahan yang terjadi bersifat umum dan dialami oleh individuindividu yang lain pada tahapan usia yang hampir sama.
“Proses perkembangan yang berlangsung sepanjang hayat manusia pada hakekatnya adalah perubahan menuju ke kedewasaan. Pencapaian tujuan perkembangan, yaitu kedewasaan, tidaklah sekaligus, tetapi setahap demi setahap sesuai dengan masa-masa perkembangan yang sedang dijalani oleh individu yang bersangkutan hendaklah mencapai tujuan perkembangan yang sesuai dengan masa perkembangannya itu. Seluruh tujuan perkembangan, dari masa awal sampai masa lanjut adalah berkesinambungan. Pencapaian tujuan perkembangan pada masa yang terdahulu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan perkembangan pada masa berikutnya. Atau dengan kata lain, apabila tujuan perkembangan pada masa terdahulu tidak tercapai dengan baik, dikhawatirkan pencapaian tujuan perkembangan masa berikutnya terganggu (Tn. 1983 :14)”.
Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh setiap individu sesuai dengan masa perkembangan yang sedang ditempuhnya disebut sebagai tugas perkembangan/developmental task. Peterson (1996 : 35) dalam hal ini mendefinisikan tugas perkembangan sebagai “age norm” wick describes an average age or norm for when particular behaviours relikely to emerge or stabilize or decline.” Robert J. Havigurst (Hurlock, 1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas tugas berikutnya.”
Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus memahami dan berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). Menyatakan bahwa “tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu. Tugas-tugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya perkembangan pada kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.”
Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta, perkembangan seseorang sebagian besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya. Berdasar hal tersebut maka proses menumbuhkembangkan kreativitas perlu dilakukan sejak usia dini, karena pada masa ini proses kreativitas sedang mengalami puncak perkembangannya. Anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal baru, dan sebagainya.
I. Tugas-tugas Perkembangan
Secara umum Havigurst (Hurlock, 1980: 10) mendeskripsikan Tugas-tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak adalah.
belajar memakan makanan padat
belajar berjalan
belajar berbicara
belajar mengendalikan gerakan badan
memperoleh stabilitas fisiolis
belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
mempersiapkan diri untuk membaca
belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani
Tugas-Tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak dideskripsikan oleh Havigurst (Hurlock, 1980: 10), yaitu.
mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan tertentu
membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
mengembangkan hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai
mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial
mencapai keberhasilan pribadi
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja oleh Havigurst (Hurlock, 1980-10) mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
mencapai peran sosial pria atau wanita
menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
mempersiapkan karier ekonomi
membangun keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik
memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial
memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika sebagai pedoman berperilaku
II. Tahapan-Tahapan dalam Perkembangan Manusia
Pencapaian tujuan perkembangan yaitu proses menuju kedewasaan tidak berjalan sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Pembagian tahapan dalam perkembangan manusia didasari pada kesamaan karakteristik pada setiap tingkatan usia.
Havigurst membagi tahapan perkembangan manusia dalam 6 tahap, yaitu :
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak
Masa remaja
Awal masa dewasa
Masa usia pertengahan
Masa Tua
Tahap-tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia dibagi oleh Thornburg dalam 4 tahap yang terdiri dari beberapa periode umur sebagai berikut :
Masa bayi 0 – 2 tahun
Periode dalam kandungan : mulai dari terjadinya konsepsi sampai lahir
Periode baru lahir : lahir sampai umur 4 atau 6 minggu
Periode bayi : umur 4 atau 6 minggu sampai 2 tahun
Masa Kanak-kanak 2 – 11 tahun
Periode kanak-kanak permulaan : umur 2 – 5 tahun
Periode kanak-kanak pertengahan : umur 6 – 8 tahun
Periode kanak-kanak akhir : umur 9 – 11 tahun
Masa Remaja 11 – 19 tahun
Remaja permulaan : umur 11 – 13 tahun
Remaja pertengahan : umur 14 – 16 tahun
Remaja akhir : umur 17 – 19 tahun
Masa Dewasa 20 – 81 tahun
Dewasa permulaan : umur 20 – 29 tahun
Dewasa pertengahan : umur 30 – 49 tahun
Dewasa : umur 50 – 65 tahun
Dewasa akhir : umur 66 – 80 tahun
Tua : umur 81 tahun ke atas
Disamping tahap-tahap perkembangan di atas, Thornburg juga mengemukakan adanya masa pra remaja yaitu bagi mereka yang berumur 9 – 13 tahun, dan masa pemuda yang terjadi pada umur 19 – 22 tahun.
Berdasarkan pada beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini didasarkan pada kesamaan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masing-masing usia. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut adalah masa bayi dan awal masa kanak-kanak, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal dan pertengahan, serta masa tua.
III. Implikasi
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia bermanfaat bagi individu. Hurlock (1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai 3 macam tujuan yang sangat
berguna. Pertama sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.” Disamping dapat digunakan sebagai pedoman dan pemberi motivasi bagi individu dalam masyarakat, pemahaman tentang tugas perkembangan juga dapat digunakan oleh para praktisi yang menangani kelompok usia tertentu dalam pekerjaannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Peterson (1996 : 38)” ....they can give practitioners who work with particular age groups a general idea what to expect. .... Norm also facilitate social planning and environmental design for particular age groups.”
Namun, pemahaman tentang adanya tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia individu juga dapat disalahartikan. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan ada 3 macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pertama, harapan yang kurang tepat baik individu sendiri maupun lingkungan sosial. Kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Dan yang ketiga muncul dari tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap dengan baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis.
Bagi pendidik, pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu pendidik untuk memahami anak didiknya dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal. Dalam hal ini Nana Syaodih (2001 : 18) menyatakan bahwa “Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi pendidik. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah tiba.”
IV. Kesimpulan
Perkembangan terjadi sepanjang hayat manusia dan berlangsung secara bertahap sesuai dengan tahapan usia masing-masing individu
Tidak semua perubahan yang terjadi dapat dikategorikan sebagai perkembangan, hanya perubahan yang memenuhi kriteria permanent, kualitatif, progresif dan universal yang dapat disebut sebagai perkembangan
Setiap tahapan perkembangan ditandai dengan adanya kesamaan karakteristik yang kemudian diformulasikan sebagai tugas-tugas perkembangan yang harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu agar individu tersebut mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mengaktualisasikan diri sebagai anggota masyarakat.
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan membantu individu untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri terhadap tugas perkembangan yang telah dijalaninya, yang sedang dijalaninya dan yang akan dijalaninya.
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan sangat penting bagi pendidik untuk dapat memahami karakteristik anak didiknya. Pemahaman ini dapat membantu pendidik dalam pelaksanaan KBM dengan menyesuaikan strategi pembelajaran yang tepat bagi masing-masing usia, sebagai pedoman bagi pendidik untuk membantu anak didik meningkatkan kemampuan pada tahap perkembangan berikutnya sehingga anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MKDK4002
Materi Inisiasi I
Saudara Mahasiswa, selamat berjumpa dan selamat mengikuti tutorial online (tuton) matakuliah Perkembangan Peserta Didik/MKDK4002 pada semester ini. Saudara akan mengikuti tuton ini selama delapan kali pertemuan, dan pada pertemuan ke 3, ke 5, ke 7 akan diberikan tugas tutorial berupa tes yang akan memberi kontribusi terhadap nilai akhir matakuliah. Matakuliah ini merupakan Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang berbobot 2 SKS. Penyajian tuton ini lebih bersifat pengayaan untuk memperdalam dan memperjelas Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik yang terdiri dari 6 modul.
Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan Konsep Dasar Tugas-tugas perkembangan dan Tahapan-tahapan dalam Perkembangan Manusia. Oleh karena itu materi inisiasi 1 ini berupa kajian tentang Konsep dasar tugas-tugas perkembangan dan Tahapan-tahapan dalam perkembangan manusia. Anda diharapkan dapat berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tutor tuton. Dipersilahkan Anda menyimak materi inisiasi 1 tuton ini dengan seksama. Selamat Bergabung.
Konsep Dasar Tugas-tugas Perkembangan
Manusia dalam menjalani serangkaian proses kehidupannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yang erat kaitannya dengan peningkatan kuantitas pada fisik manusia terjadi sejak masa konsepsi dan berhenti setelah mencapai maturasi (kematangan) yang terjadi pada masa remaja atau masa dewasa awal seperti dinyatakan oleh Tanner (Bee, 1984 : 91) “the final part of the pattern is the leveling of at the beginning of adulthood, wick remarks the end of growth as we usually thing of it.” Hal ini berbeda dengan perkembangan yang berjalan terus menerus hingga akhir hayat manusia sebagaimana dikemukakan Thornburg (1984 : 16) yang menyatakan bahwa “perkembangan berlangsung secara terus menerus di sepanjang hidup seseorang, mulai dari masa konsepsi sampai berakhirnya kehidupan orang itu.”
Walaupun dalam proses pertumbuhan dan perkembangan selalu ditandai dengan adanya perubahan, tidak semua perubahan yang terjadi dapat diartikan sebagai perkembangan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Candida Peterson (1996 : 20) yang menyatakan “Some permanent changes over the life span are better descried as ageing than as growth.” Lebih lanjut Peterson juga menyatakan bahwa perubahan yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi 4 kriteria yaitu
Permanent : perubahan yang terjadi bersifat permanent, bukan perubahan perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kegiatan incidental.
Qualitative : perubahan yang terjadi menunjukkan perubahan total dari seseorang, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya
Progressive : perubahan yang terjadi merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagai situasi/perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Universal : perubahan yang terjadi bersifat umum dan dialami oleh individuindividu yang lain pada tahapan usia yang hampir sama.
“Proses perkembangan yang berlangsung sepanjang hayat manusia pada hakekatnya adalah perubahan menuju ke kedewasaan. Pencapaian tujuan perkembangan, yaitu kedewasaan, tidaklah sekaligus, tetapi setahap demi setahap sesuai dengan masa-masa perkembangan yang sedang dijalani oleh individu yang bersangkutan hendaklah mencapai tujuan perkembangan yang sesuai dengan masa perkembangannya itu. Seluruh tujuan perkembangan, dari masa awal sampai masa lanjut adalah berkesinambungan. Pencapaian tujuan perkembangan pada masa yang terdahulu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan perkembangan pada masa berikutnya. Atau dengan kata lain, apabila tujuan perkembangan pada masa terdahulu tidak tercapai dengan baik, dikhawatirkan pencapaian tujuan perkembangan masa berikutnya terganggu (Tn. 1983 :14)”.
Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh setiap individu sesuai dengan masa perkembangan yang sedang ditempuhnya disebut sebagai tugas perkembangan/developmental task. Peterson (1996 : 35) dalam hal ini mendefinisikan tugas perkembangan sebagai “age norm” wick describes an average age or norm for when particular behaviours relikely to emerge or stabilize or decline.” Robert J. Havigurst (Hurlock, 1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas tugas berikutnya.”
Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus memahami dan berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). Menyatakan bahwa “tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu. Tugas-tugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya perkembangan pada kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.”
Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta, perkembangan seseorang sebagian besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya. Berdasar hal tersebut maka proses menumbuhkembangkan kreativitas perlu dilakukan sejak usia dini, karena pada masa ini proses kreativitas sedang mengalami puncak perkembangannya. Anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal baru, dan sebagainya.
I. Tugas-tugas Perkembangan
Secara umum Havigurst (Hurlock, 1980: 10) mendeskripsikan Tugas-tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak adalah.
belajar memakan makanan padat
belajar berjalan
belajar berbicara
belajar mengendalikan gerakan badan
memperoleh stabilitas fisiolis
belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
mempersiapkan diri untuk membaca
belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani
Tugas-Tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak dideskripsikan oleh Havigurst (Hurlock, 1980: 10), yaitu.
mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan tertentu
membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
mengembangkan hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai
mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial
mencapai keberhasilan pribadi
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja oleh Havigurst (Hurlock, 1980-10) mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
mencapai peran sosial pria atau wanita
menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
mempersiapkan karier ekonomi
membangun keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik
memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial
memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika sebagai pedoman berperilaku
II. Tahapan-Tahapan dalam Perkembangan Manusia
Pencapaian tujuan perkembangan yaitu proses menuju kedewasaan tidak berjalan sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Pembagian tahapan dalam perkembangan manusia didasari pada kesamaan karakteristik pada setiap tingkatan usia.
Havigurst membagi tahapan perkembangan manusia dalam 6 tahap, yaitu :
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak
Masa remaja
Awal masa dewasa
Masa usia pertengahan
Masa Tua
Tahap-tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia dibagi oleh Thornburg dalam 4 tahap yang terdiri dari beberapa periode umur sebagai berikut :
Masa bayi 0 – 2 tahun
Periode dalam kandungan : mulai dari terjadinya konsepsi sampai lahir
Periode baru lahir : lahir sampai umur 4 atau 6 minggu
Periode bayi : umur 4 atau 6 minggu sampai 2 tahun
Masa Kanak-kanak 2 – 11 tahun
Periode kanak-kanak permulaan : umur 2 – 5 tahun
Periode kanak-kanak pertengahan : umur 6 – 8 tahun
Periode kanak-kanak akhir : umur 9 – 11 tahun
Masa Remaja 11 – 19 tahun
Remaja permulaan : umur 11 – 13 tahun
Remaja pertengahan : umur 14 – 16 tahun
Remaja akhir : umur 17 – 19 tahun
Masa Dewasa 20 – 81 tahun
Dewasa permulaan : umur 20 – 29 tahun
Dewasa pertengahan : umur 30 – 49 tahun
Dewasa : umur 50 – 65 tahun
Dewasa akhir : umur 66 – 80 tahun
Tua : umur 81 tahun ke atas
Disamping tahap-tahap perkembangan di atas, Thornburg juga mengemukakan adanya masa pra remaja yaitu bagi mereka yang berumur 9 – 13 tahun, dan masa pemuda yang terjadi pada umur 19 – 22 tahun.
Berdasarkan pada beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini didasarkan pada kesamaan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masing-masing usia. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut adalah masa bayi dan awal masa kanak-kanak, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal dan pertengahan, serta masa tua.
III. Implikasi
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia bermanfaat bagi individu. Hurlock (1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai 3 macam tujuan yang sangat
berguna. Pertama sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.” Disamping dapat digunakan sebagai pedoman dan pemberi motivasi bagi individu dalam masyarakat, pemahaman tentang tugas perkembangan juga dapat digunakan oleh para praktisi yang menangani kelompok usia tertentu dalam pekerjaannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Peterson (1996 : 38)” ....they can give practitioners who work with particular age groups a general idea what to expect. .... Norm also facilitate social planning and environmental design for particular age groups.”
Namun, pemahaman tentang adanya tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia individu juga dapat disalahartikan. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan ada 3 macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pertama, harapan yang kurang tepat baik individu sendiri maupun lingkungan sosial. Kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Dan yang ketiga muncul dari tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap dengan baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis.
Bagi pendidik, pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu pendidik untuk memahami anak didiknya dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal. Dalam hal ini Nana Syaodih (2001 : 18) menyatakan bahwa “Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi pendidik. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah tiba.”
IV. Kesimpulan
Perkembangan terjadi sepanjang hayat manusia dan berlangsung secara bertahap sesuai dengan tahapan usia masing-masing individu
Tidak semua perubahan yang terjadi dapat dikategorikan sebagai perkembangan, hanya perubahan yang memenuhi kriteria permanent, kualitatif, progresif dan universal yang dapat disebut sebagai perkembangan
Setiap tahapan perkembangan ditandai dengan adanya kesamaan karakteristik yang kemudian diformulasikan sebagai tugas-tugas perkembangan yang harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu agar individu tersebut mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mengaktualisasikan diri sebagai anggota masyarakat.
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan membantu individu untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri terhadap tugas perkembangan yang telah dijalaninya, yang sedang dijalaninya dan yang akan dijalaninya.
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan sangat penting bagi pendidik untuk dapat memahami karakteristik anak didiknya. Pemahaman ini dapat membantu pendidik dalam pelaksanaan KBM dengan menyesuaikan strategi pembelajaran yang tepat bagi masing-masing usia, sebagai pedoman bagi pendidik untuk membantu anak didik meningkatkan kemampuan pada tahap perkembangan berikutnya sehingga anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
SAPAAN
Pendahuluan
Selamat jumpa mahasiswa Universitas Terbuka peserta tutorial, mahasiswa yang meregistrasimata kuliah Perkembangan Peserta Didik (MKDK4002) untuk masa registrasi 2011.2. Tutorial ini akan membantu Anda dalam belajar memahami modul. Karena itu pada kesempatan ini Anda dapat menjawab dan memberikan argumentasi melalui materi dan diskusi yang disajikan dalam tutorial ini. Anda tidak hanya dapat menjawab pertanyaan dari tutor saja, tetapi dapat juga menjawab pertanyaan dari pesertatutorial yang lain.
Penyajian
Materi tutorial ini akan disajikan selama 8 minggu, dimulai dari tanggal 17 September 2011 dan akan berakhir pada tanggal 11 Nopember 2011. Materi tutorial dibagi dalam 8 inisiasi dengan 3 tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa yaitu pada saat tutorial ke 3, ke 5 dan ke 7.
Adapun topik-topik materi yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep dasar tugas-tugas perkembangan
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
3. Perkembangan Anak Sekolah Dasar.
4. Perkembangan intelektual anak.
5. Perkembangan Bahasa Anak.
6. Aspek Perkembangan motorik Anak.
7. Perkembangan apeksi Remaja.
8. Pertumbuhan afeksi Remaja.
Materi yang akan disampaikan berupa pembahasan singkat atau rangkuman topik bahasan yang disertai dengan pertanyaan - pertanyaan sebagai bahan diskusi kelas dan tugas yang harus Anda selesaikan.
Penutup
Melalui tutorial ini diharapkan, Anda sebagai mahasiswa berpartisipasi aktif dalam menanggapi bahan diskusi dan menyelesaian tugas yang diberikan. Partisipasi aktif Anda dapat membantu penilaian ujian akhir semester dari mata kuliah yang Anda tempuh.
Selamat belajar!
Selamat jumpa mahasiswa Universitas Terbuka peserta tutorial, mahasiswa yang meregistrasimata kuliah Perkembangan Peserta Didik (MKDK4002) untuk masa registrasi 2011.2. Tutorial ini akan membantu Anda dalam belajar memahami modul. Karena itu pada kesempatan ini Anda dapat menjawab dan memberikan argumentasi melalui materi dan diskusi yang disajikan dalam tutorial ini. Anda tidak hanya dapat menjawab pertanyaan dari tutor saja, tetapi dapat juga menjawab pertanyaan dari pesertatutorial yang lain.
Penyajian
Materi tutorial ini akan disajikan selama 8 minggu, dimulai dari tanggal 17 September 2011 dan akan berakhir pada tanggal 11 Nopember 2011. Materi tutorial dibagi dalam 8 inisiasi dengan 3 tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa yaitu pada saat tutorial ke 3, ke 5 dan ke 7.
Adapun topik-topik materi yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep dasar tugas-tugas perkembangan
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
3. Perkembangan Anak Sekolah Dasar.
4. Perkembangan intelektual anak.
5. Perkembangan Bahasa Anak.
6. Aspek Perkembangan motorik Anak.
7. Perkembangan apeksi Remaja.
8. Pertumbuhan afeksi Remaja.
Materi yang akan disampaikan berupa pembahasan singkat atau rangkuman topik bahasan yang disertai dengan pertanyaan - pertanyaan sebagai bahan diskusi kelas dan tugas yang harus Anda selesaikan.
Penutup
Melalui tutorial ini diharapkan, Anda sebagai mahasiswa berpartisipasi aktif dalam menanggapi bahan diskusi dan menyelesaian tugas yang diberikan. Partisipasi aktif Anda dapat membantu penilaian ujian akhir semester dari mata kuliah yang Anda tempuh.
Selamat belajar!
Langganan:
Postingan (Atom)