Setelah mempelajari materi inisiasi ini Anda diharapkan mampu menjelaskan menjelaskan karakteristik anak usia SD. Oleh karena itu materi inisiasi III ini berupa kajian tentang karakteristik dan perkembangan anak Sekolah Dasar. Anda diharapkan berperan aktif dalam tuton ini, sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tuton. Disamping itu Anda dituntut dapat mengerjakan tugas yang diberikan dalam tuton ini. Dipersilahkan Anda mempelajari materi inisiasi III tuton ini dengan seksama.
Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah Dasar (SD) memiliki keunikan tersendiri. Karakteristik dan perkembangan anak Sekolah Dasar (SD) ini dibahas agar dapat memperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas mengenai perkembangan minat, bakat, kreatifitas dan kecerdasan intelektual serta kecerdasan emosional pada anak usia Sekolah Dasar (SD). Dengan memahami bagaimana karakteristik dan perkembangan anak usia sekolah dasar tersebut diharapkan dapat merancang suatu pengajaran yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar.
Karakteristik anak Sekolah Dasar
Menurut Noehi Nasution (1992:43-44) karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu:
1. Masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun, dengan karakteristik:
Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
Adanya kecenderungan memuji sendiri.
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13, dengan karakteristik sebagai berikut :
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis.
Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Pemahaman dan gambaran tentang perkembangan anak SD ditinjau dari perkembangan :
Minat
Minat menurut Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Modul PGSD, 2002) merupakan dorongan dari dalam diri seseorang, atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang. Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya cakrawala mental anak, maka minat-minatnya pun akan berkembang. Minat dapat dipelajari melalui berbagai macam cara:
Trial and error
Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia mahir, ia akan gemar atau minat bersepeda.
Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misal ayah atau ibu)
Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan ia melihat ayah atau ibunya senang membaca.
Perkembangan minat memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut:
Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan berminat pada bermain lompat tali bila anak belum dapat mengkoordinasikan gerak otot-ototnya).
Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa disekitarnya.
Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan fisik, mental serta pengalaman sosial anak.
Minat dipengaruhi oleh budaya, karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga, guru dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.
Minat dipengaruhi oleh faktor emosi/suasana hati. Jika suasana hati kita sedang gundah, minat pada sesuatu juga berkurang, demikian juga sebaliknya.
Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak
Kegiatan dan hal-hal yang diminati anak SD
Kepemimpinan
Seorang anak yang dipilih sebagai pemimpin oleh kelompoknya.
Bermain konstruktif
Yaitu kegiatan membuat sesuatu, misal membuat mainan pistol-pistolan, membuat kerajinan tangan hiasan dinding, dll.
Menjelajah
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kegiatan ini lebih asyik bila dilakukan bersama teman-teman yang merupakan kegiatan kelompok, misal kegiatan pramuka.
Mengoleksi/mengumpulkan sesuatu
Anak mengumpulkan benda-benda yang menarik perhatiannya dan kelompoknya. Misalnya, perangko, mata uang, dll
Permainan atau olahraga
Anak menyukai permainan yang penuh dengan tantangan, kompetitif dan tertuju pada keterampilan tertentu, misalnya permainan/olahraga kasti
rekreasi.
Minat anak pada sekolah
Tak dapat dipungkiri bahwa minat anak pada sekolah menjadi lebih selektif begitu anak bertambah besar. Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Bagi anak-anak tertentu di usia dini, pergi ke sekolah merupakan hal yang menyenangkan. Karena mereka merasa menjadi lebih besar seperti kakak-kakaknya. Mereka begitu bersemangat ketika berangkat pada hari pertama sekolah. Namun begitu anak mulai besar. mulai terjadi perubahan.
Berikut ini adalah berbagai kondisi yang membuat berubahnya minat anak pada sekolah di masa perkembangan usia SD, yaitu :
Pengalaman anak pada masa awal sekolah
Anak yang sudah siap baik secara fisik maupun intelektual untuk sekolah akan memiliki sikap positif pada sekolah dibandingkan dengan anak yang belum siap. Pengalaman anak di teman kanak-kanak juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri dan kesiapan anak untuk memasuki dunia sekolah, karena anak harus berpisah dengan orang tua terutama ibu atau pengasuhnya.
Pengaruh orang tua dan kakak
Sikap orang tua dan kakak terhadap pendidikan, belajar, mata pelajaran tertentu maupun terhadap guru akan sangat berpengaruh pada anak. Jika orang tua yang tidak terlalu mendorong anak untuk belajar mempersiapkan ulangan, misalnya, membuat anak tidak tertantang untuk melakukanya.
Sikap teman sebaya
Pada anak-anak SD ternyata minat dan sikap pada sekolah maupun kegiatan sekolah yang dipilih anak banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya.
Prestasi akademik
Keberhasilan dan kegagalan akademik menimbulkan rasa suka dan tidak suka anak terhadap sekolah dan dapat menambah atau mengurangi minat anak terhadap sekolah.
Hubungan guru dengan siswa
Akibat minat yang berkurang pada sekolah
Dengan berkurangnya minat anak ke sekolah dapat menyebabkan:
Fobia sekolah yaitu ketakutan yang luar biasa untuk berada di sekolah.
Membolos yaitu tidak masuk sekolah tanpa sebab-sebab yang jelas dan tanpa izin dari orang tua atau pimpinan sekolah.
Tingkah laku yang mengganggu. Jika anak bosan maka ia dapat menjadi anak yang bermasalah.
Underachiever. Anak yang bosan pada sekolah atau tidak berminat pada sekolah akan berprestasi di bawah atau tidak sesuai dengan tingkat kemampuan atau potensinya.
Bakat
Dalam Kapita Selekta Pendidikan SD disebutkan bahwa bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Bakat sebagai potensi yang dapat dikembangkan.
Faktor-faktor yang dapat menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud :
Faktor dalam diri anak, yaitu bagaimana minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginan anak untuk mewujudkan bakatnya dalam prestasi.
Faktor keadaan lingkungan, yaitu seberapa jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana dan prasarana yang tersedia, berapa besar dorongan dan dukungan orang tua, bagaimana keadaan sosial ekonomi orang tua, maupun tempat tinggalnya.
Perwujudan bakat dalam prestasi merupakan hal yang patut dikembangkan dalam kehidupan anak. Berkaitan dengan bakat, sejak beberapa dekade ini banyak ahli mulai memikirkan pentingnya kreativitas dalam diri seseorang.
Kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada (H. M. Surya, dkk, 2005). Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Hubungan kreatifitas dengan kecerdasan
Masalah yang selalu menarik bagi kebanyakan ahli adalah hubungan kreativitas dengan inteligensi. Apakah orang yang kreatif selalu mempunyai inteligensi yang tinggi?. Kenyataannya dilaporkan bahwa seseorang yang memiliki bakat kreatifitas yang tinggi ternyata tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja. Hurlock (1978) menyatakan bahwa tidak semua orang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi adalah orang-orang yang kreatif. Namun Harlock (1978) juga mengemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum, karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini (pengetahuan dan pengalaman hidup) dan hal ini juga bergantung pada kemampuan intelektual seseorang.
Kecerdasan Intelektual
Piaget (dalam Modul PGSD, 2002)) menjelaskan kecerdasan intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan yang membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bagaimana anak usia sekolah membagi gula-gulanya ke teman-temannya? Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak atau seseorang memanfaatkan kemampuan intelektualnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kecerdasan Intelektual seseorang ditentukan oleh bakat bawaan (gen) maupun lingkungan, yang berupa pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Selanjutnya, menurut Piaget (dalam Noehi, 1992:54) menjelaskan bahwa perkembangan kecerdasan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan sebagai skema (Schemata). Skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungannya. Aktivitas di dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama.
Tahap sensorimotor,
berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
Tahap praoperasional,
berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Tahap Operasional Konkret,
yang berlangsung kira-kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir. *Tahap operasional konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas dan berat.
Tahap operasional Formal,
yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang diuraikan diatas, Piaget (Noehi Nasution, 1992:57) menjelaskan bahwa, urutan tahapan perkembangan kognitif' anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia SD telah berada pada tahap operasional konkret, yaitu perkembangan kemampuan berpikir dengan objek-objek konkret (nyata). Dengan memasuki sekolah, anak memperoleh penambahan wawasan lingkungan yang akan membantu meningkatkan perkembangan berpikirnya. Di sekolah anak belajar mengenal beberapa konsep dan cara berpikir. Menurut H.M Surya, dkk (2005:716-718), ada beberapa konsep yang telah dimiliki anak di sekolah dasar, antara lain.
Konsep tentang kehidupan
Pada masa sebelumnya anak mengira bahwa kehidupan terjadi pada semua benda yang bergerak, seperti air sungai yang mengalir, pohon yang bergoyang dan mobil yang sedang melaju. Dalam masa ini secara bertahap anak mulai menyadari bahwa gerak bukanlah satu-satunya ciri kehidupan. Anak menyadari bahwa ada ciri lain yang lebih hakiki dari kehidupan itu sehingga mampu membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.
Konsep tentang fungsi-fungsi tubuh
Setelah anak masuk sekolah, anak akan banyak memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi tubuh dan organ-organ tubuh. Dengan demikian anak menjadi lebih matang mengenal konsep fungsi bagian-bagian tubuhnya dan bagaimana memperlakukannya secara tepat.
Konsep tentang bilangan.
Pada saat anak memasuki sekolah dasar, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang bilangan, misalnya anak sudah tahu bilangan-bilangan dan cara-cara membilang.
Konsep tentang ukuran dan ruang
Sebelum memasuki usia sekolah, secara terbatas anak telah memiliki konsep tentang ukuran dan ruang, seperti panjang, pendek, tinggi, luas, besar dan kecil. Setelah masuk sekolah anak belajar menggunakan satuan ukuran tertentu, sentimeter, meter, kilometer, gram dan liter. Selanjutnya konsep ruang, seperti luas dan volume.
Konsep tentang waktu
Konsep tentang waktu telah dimiliki anak sejak masa kanak-kanak, seperti konsep pagi, siang dan malam. Setelah masuk sekolah, anak belajar mengenai konsep waktu secara lebih tepat dan disertai dengan konsep-konsep ukuran waktu mulai dari satuan terkecil hingga terbesar seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad.
Konsep tentang diri
Dengan makin luasnya lingkup pergaulan anak dan proses belajar di sekolah, anak memperoleh kesempatan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain serta pelajaran dari guru membuat anak makin luas lingkupnya dengan lingkungannya. Dari situlah anak mengembangkan konsep tentang dirinya, baik fisik maupun psikologis.
Kecerdasan Emosional
Noehi (1992:64) menjelaskan bahwa emosi memerankan peranan penting dalam kehidupan anak. Emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau rintangan. Jenis-jenis emosi yang umum pada anak-anak antara lain:
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Yaitu suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi-situasi yang dikhayalkan atau diimajinasikan akan terjadi.
c. Marah
Merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak oleh karena lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam kehidupan anak daripada stimulus yang menimbulkan rasa takut dan banyak anak pada usia muda menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
d. Cemburu
Merupakan respon yang normal terhadap kehilangan ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan
Kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai ketenangan, kenikmatan atau kebahagiaan merupakan emosi yang positif.
f. Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditunjukan terhadap seseorang atau suatu benda.
g. Ingin tahu
Golemann (dalam modul PGSD, 2002) dalam bukunya Working with Emotional Intelligence mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain. Keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor intelegensi saja tetapi juga faktor emosi. Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam :
Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri yang baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal kecepatan belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar.
Pandai, Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Memiliki minat, Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat, anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasi tidak hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya.
3. Implikasi
Dengan memahami karakteristik dan perkembangan anak SD, pendidik di SD diharapkan :
Dapat merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan potensi anak didik.
Dapat membawa siswa kedalam kegiatan belajar siswa aktif.
Dapat menciptakan iklim belajar yang baik dan menyenangkan di kelas.
Dapat menangani masalah-masalah pendidikan pada umumnya dan masalah-masalah anak didik pada umumnya.
4. Kesimpulan.
Karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.
Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman belajar.
Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Penyebab berkurananya minat pada sekolah disebabkan oleh beberapa kondisi.
Bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak tergantung pada latihan. Namun demikian bakat perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Umumnya kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru. Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Kecerdasan Intelektual sebagai dasar fungsi kehidupan, membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar